Kawasan Cagar Alam Nusa Larang Panjalu terletak di tengah danau (Situ Lengkong) dengan keadaan topografi termasuk datar dengan ketinggian 731-760 meter diatas permukaan laut, secara geografis terletak antara 7°9’00”-7°17’00” Lintang Selatan dan 108°4’00” - 108°21’00” Bujur Timur, daerah ini termasuk iklim B dengan curah hujan rata-rata 3.195 mm pertahun dengan rata-rata suhu 19-32° celcius. Hampir seluruh vegetasi hutan di kawasan ini merupakan formasi hutan hujan tropis. Terdapat beberapa potensi flora dan fauna dipulau kecil ini seperti Kihaji (Dysoxylum sp.), Kileho (Saurauia blumiana), Kondang (Ficus variegata), Kiara (Ficus sp), Bungur (Lagerstroemia speciosa), Huru (Litsea sp), Rotan (Calamus sp), Tepus (Amomum coccineum), Langkap (Arenga sp), Kalong (Pteropus vampyrus), Trenggiling (Manis javanica), Biawak (Varanus salvator), Ular sanca (Python reticulatus), Burung hantu (Otus scops), Elang (Haliastur indus), Gelatik (Munia sp).

Ditengah keindahan dan kelebatan Nusa Gede sebagai cagar alam, Nusa Gede Panjalu pun menjadi destinasi wisata religi yang cukup banyak dikenal oleh berbagai orang dari dalam dan luar negeri. Hal yang menjadikan Nusa Gede Panjalu menjadi destinasi wisata adalah makam dari Hariang Kencana atau sayyid ali bin Muhammad bin Umar atau mbah Panjalu seorang ulama penyebar agama islam pada masanya.
Nusa Gede pertama kali dikenal luas pada tahun 1991 karena KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat itu berziarah, dan sejak saat itulah Panjalu mulai terkenal dan menjadi destinasi wisata religi.